Warga Sulteng Lebih Boros Membeli Rokok Daripada Makanan
Ilustrasi perokok usia tua di Sulawesi Tengah (Foto: Komunitas Kretek) |
Anda pasti pernah mendengar ungkapan di antara para perokok bahwa 'lebih baik tidak makan daripada tidak merokok'.
Nyatanya hal ini masih jadi kenyataan di Indonesia, Hal ini diungkap dari pernyataan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono yang mengacu pada survey Global Adults Tobacco Survey (GATS).
Wakil mentri ini mengungkapkan bahwa pengeluaran biaya masyarakat Indonesia untuk rokok lebih tinggi dibandingkan pengeluaran untuk kebutuhan makanan bergizi.
Dante juga melanjutkan bahwa tingginya angka perokok ini selain berpengaruh terhadap kehidupan sosial namu akan berpengatuh juga pada aspek ekonomi dan pemenuhan gizi keluarga.
Lebih lanjut, menurut hasil temuan dari survei GATS yang dilakukan terakhir pada 2021 ini, jumlah yang rata-rata yang dihabiskan untuk masyarakat Indonesia untuk membeli 12 batang rokok kretek adalah Rp 14.867,8. Sedangkan pengeluaran bulanan rata-rata untuk rokok kretek adalah Rp 382.091,7.
Data Perokok Sulawesi Tengah
Lantas bagaimana dengan daerah Sulawesi Tengah?
Berdasarkan survey terakhir dari BPS (Badan Pusat Statistik) pada 2021, terdata setiap bulannya jumlah rata-rata keluarga di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengeluarkan uang sebesar Rp 83.273 untuk membeli rokok. Nilai pengeluaran itu naik dari sebelumnya yang tercatat sejumlah Rp 77.566 pada tahun 2020.
Data ini di dapatkan dari hasil survey BPS yang dirangkum dalam “Provinsi Sulawesi Tengah dalam Angka 2022” yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Bagi keluarga di Sulteng, rokok memang jadi objek pengeluaran paling dominan di kategori konsumsi makanan.
Angka ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk bahan pokok seperti contohnya beras dan tepung, yang hanya Rp 79.305, atau untuk konsumsi lauk pauk dari laut yang terdata nilai rata-ratanya Rp 55.277.
Jika dilihat secara keseluruhan, total pengeluaran untuk kategori konsumsi makanan per keluarga di Sulteng rata-ratanya mencapai Rp 512.309. Bila ditambahkan dengan hal-hal nonkonsumsi seperti pajak, acara, perumahan dan lainnya, angka total pengeluaran berada di Rp 1.051.736.
3 dari 10 orang di Sulawesi Tengah merupakan perokok aktif (usia 15 tahun atau lebih) |
Namun, perlu dicatat pula bahwa persentase perokok di Sulteng ini sebenarnya sudah menurun. Pada tahun 2018, terdata ada 35,57 persen warga Sulteng yang hobi merokok. Angka itu menurun hampir 6 persen, pada tahun 2021 yang tersisa 29,77 persen.
Akan tetapi walaupun jumlah perokok di Sulteng menurun, persentase tersebut tak bisa dibilang kecil. Karena jika dibuat dalam bentuk perbandingan, tiga dari sepuluh orang di Sulteng ternyata masih berstatus sebagai perokok aktif.
Nilai persentase itu juga akhirnya menempatkan Sulteng di posisi nomor 10 dalam klasemen perokok aktif secara nasional, dengan posisi pertama ditempati oleh provinsi Lampung di angka 34,07 persen.
Tren perokok di Sulawesi Tengah berdasarkan usianya |
Sedangkan untuk jumlah perokok terbanyak di Sulteng berdasarkan kelompok usianya, masyarakat yang berumur 35-44 tahun terdata menjadi yang paling banyak merokok. Persentasenya mencapai mencapai 37,03 persen kemudian didisusul oleh kelompok warga Sulteng bersusia usia 45-54 dengan angka 35,21 persen dan selanjutnya kelompok 25-34 di angka 34,05 persen.
Untuk perhitungan persentase perokok ini dihitung sudah termasuk konsumsi perokok yang berasal baik dari pembelian ataupun pemberian.