7 Tips Mencegah Stunting Anak Bagi Orang Tua
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi lingkungan yang kurang mendukung, biasanya kondisi ini ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak yang berada di bawah standar normal.
Anak yang mengalami stunting, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya, namun masalah ini juga dapat mengganggu perkembangan otaknya. Tentu, ini akan sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas anak pada usia-usia produktif.
Stunting dapat berdampak sangat buruk bagi masa depan anak-anak, hal ini disebabkan karena kondisi stunting akan berdampak dalam jangka panjang bagi anak hingga menginjak usia lanjut.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang di lakukan pada tahun 2021, tingkat prevalensi stunting di Indonesia saat ini bisa mencapai angka 24,4%. Ini berarti, ada satu dari empat balita di Indonesia yang mengalami kondisi stunting.
Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) saat ini ada sekitar 6 juta anak di Indonesia yang mengalami stunting,
Penyuluh KB Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Siti Fathonah dalam keterangannya mengatakan, kemiskinan bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan stunting, namun hal yang lebih banyak menjadikan anak stunting saat ini adalah akibat minimnya pengetahuan saat sebelum menikah, periode kehamilan dan termasuk pola asuh yang salah terhadap anak.
Fatonah menyebut melalui edukasi dan sosialisasi kepada keluarga-keluarga yang terus dijalankan BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting maka masyarakat dapat terbuka pola pikirnya dan dapat melakukan upaya-upaya pencegahan stunting.
Tentunya kelahiran bayi dengan kondisi stunting harunsynya bisa dicegah jika para orang tua memiliki pengetahuan tentang hal ini sebelum menikah, sehingga pada saat memasuki masa kehamilan pengasuhan dapat melakukannya denga pola yang dianjurkan.
7 Tips Mencegah Stunting Sejak Dini
Agar bayi yang dilahirkan tumbuh dengan sehat dan cerdas, berikut 7 tips dan langkah mencegah balita Anda mengalami stunting,
1. Lakukan pemeriksaan calon pengantin
Calon pengantin perempuan, terlebih dahulu harus melakukan pemeriksaan kesehatan pranikah, yang meliputi beberapa indikator pemeriksaan, yakni pemeriksaan lingkar lengan, berat badan, dan tinggi badan, pemeriksaan hemoglobin (HB) untuk mengetahui adanya anemia atau tidak.
Jika hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan hasil di bawah indikator yang ditentukan maka calon pengantin perempuan harus melaporkan ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan.
Bagi calon pengantin pria tidak boleh merokok minimal tiga bulan sebelum pernikahan. Hal ini bertujuan untuk menguatkan sperma karena sperma pria diproduksi 75 hari sebelum dikeluarkan.
Calon pasangan pengantin juga sebaiknya mengunduh dan mendaftarkan diri di aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil) yang bisa unduh mealui playstore tiga bulan sebelum melangsungkan pernikahan.
2. Konsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang
Selama periode kehamilan, sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang. Jika mengalami muntah-muntah, Ibu harus mencari cara agar makanan yang mengandung nutrisi seimbang itu dapat masuk dan diserap oleh tubuh.
Gizi seimbang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein dengan porsi lebih banyak daripada karbohidrat sanggat dianjurkan, di samping itu juga harus dibiasakan mengkonsumsi sayur dan buah.
3. Menyusui dan ASI eksklusif
Pemberian ASI kepada bayi sejak dilahirkan sampai bayi berusia 6 bulan, atau disebut dengan pemberian ASI Ekslusif tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain, termasuk air putih kecuali obat-obatan atau vitamin yang diberikan tenaga kesehatan.
Memberikan ASI sesaat setelah melahirkan juga merupakan hal penting yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting. Colostrum yang diberikan sedini mungkin dapat melindungi bayi baru lahir dari infeksi dan mengurangi resiko kematian bayi.
4. Imunisasi
Infeksi yang berulang pada anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang dapat berakibat stunting. Tentunya vaksinasi berperan dalam menurunkan angka kematian anak dan anak yang mendapatkan vaksinasi akan memiliki resiko yang lebih rendah mengalami kondisi stunting.
Pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), anak memiliki risiko yang tinggi untuk bisa terinfeksi berbagai penyakit jika asupan gizi yang didapat tidak memadai.
5. Sanitasi dan akses air bersih
Rendahnya akses sanitasi dan air bersih akan meningkatkan risiko ancaman penyakit infeksi pada balita seperti diare dan cacingan yang tentunya dapat menganggu proses pencernaan dalam proses penyerapan nutrisi.
Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan masalah stunting pada anak. Untuk itu, perlu membiasakan diri mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
6. Memberikan suplemen
Tercatat asupan rutin suplemen vitamin A setelah usia enam bulan dapat mengurangi kematian pada balita hingga hampir seperempat di berbagai daerah dengan tingkat kematian tinggi akibat kekurangan suplemen.
Asupan rutin suplemen zat besi dan obat cacing juga penting karena dapat melindungi anak dari anemia dan tumbuh kembang yang buruk. Selain itu, anak-anak juga dapat terlindungi dari gizi buruk dan anemia melalui suplementasi zat besi dan asam folat mingguan yang diawasi termasuk pemberian obat cacing dua kali setahun.
7. Pentingnya edukasi bagi orangtua
Calon orangtua atau calon ibu perlu mendapatkan pengetahuan sejak dini mengenai pentingnya pemenuhan gizi yang baik saat masa kehamilan, serta memeriksakan kandungan minimal empat kali selama kehamilan juga pentingnya pemenuhan gizi bagi keluarga.
Kondisi stunting juga dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang baik dari orang tua, contohnya masih banyak orangtua yang memberikan makanan penambah ASI (MPASI) terlalu dini tanpa rekomendasi dari dokter anak, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak.
Foto: Pexels/Alex Green
Sumber : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)