Mengenal Suku Bajo di Indonesia Yang Jadi Inspirasi Pembuatan Film Avatar 2
Film Avatar 2 Way Of Water kini tengah menghiasai layar lebar dunia, siapa sangka film fenomenal besutan sutradara ternama James Cameron ini tenyata terinspirasi dari Suku Bajo atau Bajau yang tinggal mendiami wilayah Indonesia.
Hal itu digambarkan dengan kehadiran Suku Metkayina, salah satu suku dari Na'vi atau penduduk pribumi yang mendiami daerah pesisir dan kepulauan di Pandora yaitu dunia dalam film tersebut, suku ini digambarkan persis dengan Suku Bajo yang terkenal dengan sebutan manusia laut.
Suku Bajo di Desa Mola, Sulawesi Tenggara
Lalu seperti apa sih kehidupan Suku Bajo? suku yang mendiami beberapa wilayah di bagian timur Indonesia ini, salah satunya terdapat di Desa Mola di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sejak lama suku Bajo memang dikenal akan kehebatannya menjelajahi lautan, suku ini bukan hanya bermukim di darat namun juga atas hamparan perairan laut, tak perlu ditanyakan lagi kemahiran suku ini dalam mengarungi lautan.
Suku Bajo Hidup Bergantung di Laut Sepanjang Hidupnya
"Karena tinggalnya saja di laut, mulai dari lahir sampai besar, kemudian sampai meninggal pun itu masih berhubungan dengan laut," ungkap Samran, Ketua Lembaga Pariwisata Bajo di Desa Mola, Wakatobi.
Dahulu suku Bajo tinggal mengapung diatas perahu, kemudian kini berkembang dengan membangun rumah panggung, namun dengan lokasi yang masih berada di jauh dari pesisir pantai hingga ke tengah lautan, namun di zaman modern saat ini sudah banyak pula Suku Bajo yang ditemukan mendiami wilayah pesisir pantai.
Suku Bajo Sanggup Menyelam Tanpa Alat Sedalam 70 Meter
Keturunan suku ini juga diketahui sanggup menyelam hingga di kedalaman mencapai 70 meter di bawah permukaan laut tanpa alat bantu pernapasan apapun.
Bahkan seringkali kita akan menemukan warga suku bajo yang berjalan di bawah dasar laut sambil mengendap-ngendap berburu ikan.
Mayoritas Suku Bajo berprofesi sebagai nelayan, bahkan suku ini memiliki cara yang unik dalam menangkap ikan yaitu dengan menggunakan panah yang dibuat secara tradisional.
Ikut Melestarikan Kehidupan Laut
Cara menangkap ikan dengan panah ini juga bukanlah tanpa alasan, sebagai manusia yang bergantung dan menyatu dengan lautan, mereka juga tidak mau merusak kehidupan dan keindahan laut beserta ekosistemnya, apalagi daerah Wakatobi terkenal dengan kekayaan dan keindahan terumbu karangnya.
"Laut ini adalah ladang bagi mereka, mereka mengolah ini mereka memikirkan keberlanjutan, salah satu bentuk-bentuk untuk mendorong keberlanjutan itu adalah mereka memilih ikan yang paling tidak sudah masuk ukuran standar," jelas Samran melanjutkan.
Suku Bajo di Zaman Modern
Seiring kemajuan zaman, selain laut sebagai mata pencaharian utama, suku Bajo kini juga mahir mengolah hasil tangkapannya menjadi beragam produk, salah satunya adalah kudapan dari bahan rumput laut.
"Karena kita kasihan juga melihat ini anak-anak perempuan putus sekolah dan tidak ada kegiatan, lebih baik kita bikin satu tempat untuk wadahnya mereka," jelas Royani salah seorang warga Suku Bajo.
Baca Juga:
Kabupaten Buol Ada Dimana?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari buolonline.com, mari bergabung di Grup WhatsApp "buolonline.com", caranya klik link berikut chat.whatsapp.com/Fmh879BC3ca21UZkH9Wf3X kemudian klik gabung, temukan juga kami di Facebook Buol Online dan Instagram @BuolOnline.