Sekilas Mengenal Aksi Syarif Mansyur, Tokoh Buol Pemimpin Perlawanan Terhadap Penjajah
Syarif Mansyur adalah seorang mubaligh berdarah campuran Arab-Buol, Pemimpin gerakan perlawanan terhadap penjajah pada hari Kamis, 26 Agustus 1875 yang oleh Belanda kemudian dikenal dengan "Pemberontakan Rakyat Buol"
Dihimpun dari beberapa Surat Kabar Belanda yang menulis tentang Penyerangan Orang Buol di Manado.
Kamis 26 Agustus 1875 - Jum'at 26 Agustus 2022 atau 147 Tahun yang lalu, terjadi Gerakan Perlawanan Rakyat Buol yang oleh Belanda di sebut "Pemberontakan Rakyat Buol".
Gerakan ini dipimpin oleh Seorang Mubaligh keturunan Arab-Buol bernama Syarif Mansyur, Pasukannya berjumlah total 48 orang, berpakaian serba putih dan ikat kepala Putih menggunakan Tombak, Tameng, dan Klewang (Pedang Asli dari wilayah nya). Meraka yang berasal dari beberapa wilayah di Buol ini berkumpul dan mengatur strategi di Kampong Paleleh.
Hari itu, sekitar pukul 9 pagi waktu setempat, pasukan Syarif Mansyur tiba dengan 3 buah kapal Buol yang bersandar di Manado. Sebelum turun dari kapal, mereka terlihat sedang berdo'a kemudian melakukan penyerangan ke Benteng. kota yang saat itu hening seketika menjadi mengerikan mereka menghancurkan kantor dan rumah-rumah Belanda. Belanda yang saat itu terdesak mengajak mereka untuk bernegosiasi namun mereka menolak untuk menyerah secara sukarela, keributan akhirnya pecah menjadi Perang melawan Senjata.
Aksi kemudian di lanjutkan ke kediaman Residen namun dapat di halangi oleh seorang Penduduk Pribumi yg bekerja di Tempat Tersebut, Karena dengan nya hanya terdapat anak Kecil dan Istri Residen sehingga mereka tidak melakukan Serangan. Gerakan yang di lakukan selama beberapa hari ini kemudian dapat di patahkan, 28 pasukan Syarif Mansyur tewas tertembak sisanya berhasil menyelamatkan diri dan yang tertangkap menjalani hukuman.
Berita tentang penyerangan ini akhirnya sampai ke Batavia dan Markas Belanda di wilayah sekitar sehingga mereka menaruh perhatian khusus dan memperketat pengawasan terhadap wilayah Kerajaan Buol. Ruang gerak Kerajaan Buol lalu dipersempit, terlebih ada banyak para Tokoh Ulama yang menjadi Bagian dari Pembesar Kerajaan, begitu juga dengan para Tetua dan Tokoh Agama di Pelosok Buol lainnya.