Riset: Sulteng Posisi Pertama Gangguan Mental Emosional Se Indonesia
Photo by Sydney Sims on Unsplash |
Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) harus berpikir lebih serius tentang kondisi kesehatan mental warganya. Hal ini terkait, dengan hasil Penelitian Lima Tahunan Riset Kesehatan Dasar yang rilis terakhir versi 2018.
Sulteng berada di peringkat pertama se-Indonesia dalam hal gangguan mental emosional untuk penduduk di atas usia 15 tahun.
Dalam riset lima tahunan itu terungkap nilai prevalensi Sulteng mencapai angka 19,8 persen. Prevalensi adalah angka yang menggambarkan proporsi dari total populasi (penduduk Sulteng di atas usia 15 tahun) yang memiliki problem atau berisiko terkena masalah mental emosional.
Hasil survey ini menjelaskan bahwa prevalensi Sulteng berada lebih buruk dibanding rata-rata nasional yaitu 9,8 persen.
Selajutnya untuk posisi tiga besar terdapat juga nama Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan nilai prevalensi 15,7 persen dan Sumatera Barat dengan nilai 13,0 persen.
Sedangkan untuk daerah dengan nilai prevalensinya paling terendah adalah provinsi Jambi (3,6 persen).
Nilai prevalensi Provinsi Sulteng yang tinggi diperkirakan terkait dengan penyelesaian masalah mental yang masih kurang menjadi prioritas. Perihal tersebut dapat tergambar dalam jebloknysa statistik Sulteng pada soal pengobatan gangguan mental dan kejiwaan.
Dari surney ini diketahui, jumlah rumah tangga di Sulawesi Tengah yang anggotanya memiliki gangguan kejiwaan dan pernah berobat ke fasilitas kesehatan hanya 86,4 persen. Angka ini sangat tertinggal jauh tertinggal dari provinsi Jambi yang bisa mencapai angka 88,8 persen.
Hal ini menggambarkan, perhatian Provinsi Jambi lebih tinggi ketimbang Sulteng untuk masalah penanganan gangguan mental dan kejiwaan.
Demikian juga halnya dengan cakupan pengobatan penderita depresi. Di Provinsi Sulawesi Tengah, penderita depresi yang melakukan pengobatan baik dengan minum obat atau menjalani terapi pengobatan medis masih sangat rendah, yaitu di angka 7,3 persen. Nilai tersebut berada di bawah rata-rata angka nasional sebesar 9,0 persen.
Dilansir Buol Online dari Tutura.id, I Putu Ardika Yana, seorang psikolog klinis yang berbasis di Palu, menjelaskan bahwa masalah mental memang belum jadi perhatian serius di Provinsi Sulawesi Tengah.
Menurut I putu Ardika Yana, memahami persoalan mental, sama seperti mempelajari motif lain di balik perkara yang terlihat di permukaan.
"Penanganan yang tidak mempelajari asal muasal kenapa masalah itu terjadi, hanya berpusat pada masalah itu sendiri. Bukan pada upaya membentuk kesadaran dan menghilangkan masalahnya," Ujar Putu menjelaskan
"Mindset pembangunan ala pemerintah masih fokus pada sesuatu yang bisa dilihat mata dan bersifat instan. Masalah mental tidak masuk di dalamnya, Padahal ada banyak masalah yang juga perlu diselesaikan dengan pendekatan psikologi. Mulai dari kriminal, kemiskinan, dan lain sebagainya." Jelas Ardi sapaan I Putu Ardika Yana.
Baca Juga :
> Ratusan Ribu Rumah Tangga Di Sulteng BAB Sembarangan
> Dari 2,3 Juta Pengguna Internet Sulteng 68% Hobinya Buka Medsos
> Setujui Pembentukan Kabupaten Pulau Togean, Rusdy Mastura Harap Lahir 3 Provinsi Baru