Puisi: Katastrofe #2
Butuh berapa banyak membaca untuk memahami satu pertanda?
Butuh berapa banyak kecewa untuk bisa kembali tertawa?
Butuh berapa banyak duka untuk mampu membuka?
Tak sedikit dari kita yang terlalu memaksa untuk bisa, padahal masih terluka.
Terlalu memaksa agar terlihat bahagia, padahal masih terpenjara.
Terlalu sering melihat, meskipun sendirinya masih butuh untuk dilihat.
Benar, merayakan duka terkadang memang harus dilakukan.
Menelan kepahitan seorang diri juga tak selalu berarti buruk.
Kita butuh itu untuk tahu arti menjadi dewasa.
Tapi, agar tetap selaras, kita masih butuh untuk bersuka.
*) Illustration by Tadamichi on Getty Images
Katastrofe menulis di Channel Telegramnya: klik di sini untuk bergabung
Kontributor | |
Katastrofe | |
Ceritamu mungkin tak selalu berwarna, tak apa, yang hitam dan gelap pun bisa jadi teman. temukan tulisan lainnya dari saya Klik Disini |